Solusi tanpa masalah

Bahan bakar dan listrik merupakan kebutuhan pokok bagi kenyamanan manusia yg sangat didambakan. Kebutuhan energi yang kini didominasi bahan bakar fosil terus meningkat seiring dg pemenuhannya yg semakin sulit. Pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pola konsumsi adalah faktor penyebab peningkatan kebutuhan energi tsb. Konsekuensi logis, maka terjadilah peralihan paradigma ekonomi berdasarkan energi fosil menjadi paradigma ekonomi berdasarkan energi berkelanjutan. Pemberi solusi energi tanpa masalah lingkungan.

Selasa, 26 April 2016

Pengalaman Batin

PUISI SUFI

Pabila cinta kepada Nya tlah merasuk sukma
Dan kerinduan mendera tanpa jeda,
Maka sirnalah semua yang maujud,

Aku meminta Allah untuk menyingkirkan deritaku,
Allah menjawab: tidak,
Aku tidak mau menyingkirkannya, tapi untuk engkau kalahkan.

Aku mohon agar Allah menghilangkan cacatku,
Allah menjawab...tidak,
Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara.

Aku mohon Allah memberiku kesabaran,
Dia menjawab tidak,
Kesabaran adalah hasil dari kesulitan,
ini tidak dihadiahkan tapi dipelajari.

Aku minta Allah memberiku kebahagiaan,
Allah menjawab tidak,
Aku memberi berkah, kebahagiaan adalah upaya kamu untuk mencarinya.

Aku minta Allah dipupuskan penderitaan ini,
Allah menjawab tidak,
Penderitaan menjauhkan kamu dari duniawi,
dan membawamu berlari mendekat ke Aku.

Aku minta Allah membantuku mengasihi orang lain,
seperti Dia mengasihiku,
Allah menjawab:… aaah akhirnya kamu paham...



Jumat, 23 Januari 2015

Bangsa Kasihan (Kahlil Gibran)

Bangsa Kasihan (Kahlil Gibran)

Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya, memakan roti dari gandum yang tidak mereka panen, dan meminum anggur yang mereka tidak memerasnya.
Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak sesumbar kecuali di reruntuhan, dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya srigala, filosofnya gentong nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan terompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang terpecah-pecah, dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa.

(dikutip dari: Kahlil Gibran, Cinta Keindahan Kesunyian, Yayasan Bentang Budaya, 1997)